Kemarin sebelum tidur saya sempat buka-buka facebook dan lihat postingan note seorang teman (yang katanya copy-paste dari mana gitu). Isi notenya tentang curahan hati seorang programmer. Setelah saya baca, ternyata isinya memang menggambarkan kehidupan seorang programmer, lebih tepatnya programmer di Indonesia.
Di dalam tulisan itu diceritakan tentang tidak enaknya menjadi programmer, saran untuk calon programmer (agar tidak menjadi programmer), dan hal-hal lain seputar dukanya menjadi seorang programmer. Memang harus diakui, bahwa yang ditulis memang 100% benar, menggambarkan keadaan programmer di Indonesia yang selalu dianggap sebagai kuli.
Inilah beberapa point yang ingin saya komentari dari note tersebut :
1. Gaji Programmer Di Indonesia Itu Kecil
Ya, di Indonesia saya masih melihat gaji programmer masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan programmer di Amerika atau negara maju lainnya. Saya tidak tahu, apakah memang kemampuan programmernya yang tidak dihargai (tinggi) atau memang karena programmernya sendiri tidak kompeten.
Tapi tidak semua perusahaan di Indonesia yang menggaji kecil programmernya. Ada beberapa perusahaan yang membayar tinggi programmernya, biasanya programmer tesebut harus lulusan luar negeri atau punya skill coding yang mumpuni.
Ketimbang anda masih meratapi kecilnya gaji anda, cobalah ingat-ingat ketika anda dulu belum bekerja. Ingatlah ketika anda sangat menginginkan pekerjaan. Sekarang, setelah anda diberi kesempatan bekerja, anda malah protes dan meratapi kecilnya gaji anda. Tidakkah anda bisa bersyukur? Anda masih bisa makan setidaknya 2-3 kali sehari. Sementara ada orang yang hari ini bisa makan saja itu sudah beryukur, entah besok bisa makan atau tidak. Ingatlah satu hal, rezeki itu sudah ada yang menentukan. Jadi tidak perlu khawatir rezeki anda akan berkurang. Bekerjalah lebih giat lagi, mungkin dari situ anda bisa meningkatkan rezeki anda. Dan satu hal lagi, rezeki itu tidak selalu berupa uang.
2. Client Yang Selalu Meneror
Setau saya menjadi seorang programmer itu tidak ada standarisasinya. Oke, memang ada BNSP, tapi apakah itu semua akan sesuai dengan keinginan perusahaan / client yang mempekerjakan programmer tersebut? Jawabannya TIDAK. Karena kebutuhan tiap perusahaan / client pasti berbeda-beda.
Perusahaan / client yang tidak mengerti seluk beluk pembuatan program (dari tahap perencanaan sampai testing), tentu akan berpikir bahwa membuat program itu mudah, tinggal copy-paste dan jalankan. Selain itu jika ada bug / error, client selalu minta cepet-cepet dibetulkan. Lain halnya dengan perusahaan / client yang mengerti. Mereka pasti tau dan mengerti kalau membuat program seperti apa yang diinginkan client  itu tidak semudah yang dibayangkan.
Saya pernah mendapat client yang mengerti tentang seluk beluk pembuatan program (dan saya sangat bersyukur). Karena dia tau bahwa membuat program seperti apa yang dia inginkan itu tidak mudah. Dan dia tau bahwa tidak ada produk buatan manusia yang sempurna, karena itu tiap ada error / bug dia tidak pernah minta cepat-cepat dibetulkan (kecuali kalau memang urgent). Ya, mungkin anda sebagai programmer tidak akan percaya ini, tapi client seperti ini memang ada.
Ketimbang menyalahkan client (atau malah menyalahkan orang lain), bukankah lebih baik jika kita lebih bersungguh-sungguh mengerjakan / memperbaiki program tersebut hingga selesai dengan baik dan benar? Ingatlah, Man Jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh dia akan berhasil. Dan tentunya anda masih punya agama kan? Tentunya anda masih bisa berdoa agar diberi kemudahan dan kelancaran supaya bisa menyelesaikan perkerjaan anda, kecuali kalau anda atheis.
3. Programmer Itu Harus Selalu Belajar
Jika anda menjadi seorang programmer tentu saja anda sadar bahwa anda tidak berhenti pada satu titik. Programmer yang ingin membuat program akuntansi harus belajar sistem akuntansi. Programmer yang ingin membuat program perbankan harus belajar sistem perbankan. Selain itu jika ada teknologi baru, anda juga harus mempelajarinya (jika memang anda membutuhkan teknologi tersebut). Mungkin anda mengeluh, kenapa sih programmer harus selalu belajar? Sekarang saya tanya kepada anda, bukankah lebih baik jika kita mempunyai banyak ilmu.
Anda tentu akan semakin pusing dengan banyaknya hal yang harus dipelajari saat menjadi programmer. Tapi ambil sisi positifnya, anda bisa mengetahui informasi yang sebelumnya tidak anda ketahui. Bukankah mempelajari hal yang baru adalah sesuatu yang menyenangkan? Jadi kenapa harus mengeluh jika memang harus mempelajari hal-hal baru dalam hidup ini? Dan bersyukurlah karena Allah menitipkan sebagian ilmu-Nya kepada anda lewat jalan “anda harus mempelajari hal-hal baru”.
Mungkin hanya itu saja point yang saya komentari. Jika memang anda sebagai programmer, merasa programmer bukan pekerjaan yang tepat bagi anda dan menjadi programmer adalah pekerjaan yang membosankan dan masa depan seorang programmer itu suram, segeralah berhenti dan cari pekerjaan lain. Karena saya tau, kebanyakan orang (apalagi di Indonesia) yang menjadi programmer, karena TERPAKSA dan TIDAK MENCINTAI PEKERJAAN-nya sebagai seorang programmer. Daripada anda terus mengeluh, lebih baik anda cari pekerjaan lain yang lebih anda cintai.
Ingat, hidup itu itu penuh pilihan. Anda bebas menentukan pilihan anda, tapi jangan mengeluh apalagi marah-marah jika anda telah memilih pilihan yang salah, karena anda sendiri yang memilih, bukan orang lain yang memilihkannya untuk anda. Dan yang paling terpenting, bersyukurlah atas apa yang telah diberikan Allah kepada anda sampai detik ini.
Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menggurui siapapun. Saya hanya ingin mengingatkan orang lain dan diri saya sendiri bahwa masih ada yang bisa disyukuri dari profesi seorang programmer. Bagi saya, membuat program / software agar bisa memudahkan pekerjaan orang lain, adalah pekerjaan yang tidak kalah mulia dibandingkan dokter 🙂
Leave a Reply